Minggu, 29 Maret 2015

SISTEM PENCERNAAN DARI MULUT SAMPAI ESOFAGUS

     A.    Pengertian sistem pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan saluran yang dilalui bahan makanan. Kelenjar pencernaan adalah bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu mencerna makanan.
    B.     Organ saluran cerna
Dalam makalah ini akan dibahas organ saluran cerna dari mulut hingga esofagus.
1.      Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva). Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi, dan akar gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email yang berwarna putih. Kalsium, fluoride, dan fosfat merupakan bagian penyusun email. Untuk perkembangan dan pemeliharaan gigi yang bai, zat-zat tersebut harus ada di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen yang melekatkan akar pada gusi.
Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang berguna untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak makanan, dan gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan.
 Terdapat pula tiga buah kelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis, sublingualis, dan submandibularis. Kelenjar saliva mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialin atau amilase, berguna untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Pencernaan yang dibantu oleh enzim disebut pencernaan kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah menempatkan makanan di antara gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur. Makanan ini kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut bolus. Kemudian bolus dengan bantuan lidah, didorong menuju faring.
2.      Faring
Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan masuk kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan (esophagus). Pada pangkal faring terdapat katup pernapasan yang disebut epiglottis. Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.
3.      Kerongkongan (esofagus)
Setelah melalui faring, bolus menuju ke esophagus, suatu organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik, dan berdinding tebal. Otot kerongkongan berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan meremas yang mendorong bolus ke dalam lambung. Gerakan otot kerongkongan ini disebut gerakan peristaltik.
Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan tersebut.
     C.    Penyakit Saluran Cerna
Ada beberapa penyakit saluran cerna yang berhubungan dengan saluran pencernaan dari mulut sampai esofagus, diantaranya sebagai berikut :
1.      Penyakit Gondong (Parotitis)
Penyakit gondong adalah suatu penyakit menular yang terjadi paling sering pada anak-anak dan orang muda di antara umur lima belas tahun. Bayi-bayi biasanya kebal dengan penyakit ini. Kebanyakan orang hanya mendapat penyakit gondong sekali seumur hidupnya, tetapi satu dari sepuluh orang orang mungkin bisa mendapat serangan kedua.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
a.       Penyebab dan Penularan
Gondong atau dalam dunia kedokteran dikenal sebagai parotitis atau Mumps, Penyakit ini disebabkan oleh virus Mumps yaitu virus berjenis RNA virus yang merupakan anggota famii Paramyxoviridae dan genus Paramyxovirus. Terdapat dua permukaan glikoprotein yang terdiri dari hemagglutinin-neuraminidase dan fusion protein. Virus Mumps sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Virus ini menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virusnya dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, serta mungkin dengan urine. Virus dapat ditemukan dalam urine dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.
b.      Tanda dan gejala
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). Kadangkala disertai nyeri telinga yang hebat pada 24 jam pertama..
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Sekitar 70-80% terjadi pembengkakan kelanjar pada dua sisi. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3-5 hari kemudian berangsur mengempis dan disertai dengan demam yang membaik. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar air liur di bawah rahang (submandibula), submaksilaris, kelenjar di bawah lidah (sublingual) dan terjadi edema dan eritematus pada orificium dari duktus. Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.


c.       Pengobatan dan Pencagahan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.
Pencegahan penyakit Parotitis ini dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi MMR (mumps, morbili, rubela) untuk mencegah penyakit gondong merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak, diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong.
2.      Xerostomia
Xerostomia adalah gejala berupa mulut kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang. Xerostomia terjadi ketika jumlah air liur yang menggenangi selaput lendir mulut berkurang. Output air liur diperkirakan satu liter per hari. Kekurangan air liur atau kekeringan oral dapat dipercepat oleh dehidrasi mukosa oral yang terjadi saat output oleh kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor dan lapisan air liur yang menutupi mukosa oral berkurang
a.       Penyebab
Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit ludah. Gangguan tersebut di atas dapat terjadi oleh karena rasa takut/cemas, depresi, tumor otak, obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal dan penyakit radang selaput otak.
Xerostomia juga sering terjadi akibat penurunan volume atau perubahan komposisi saliva (menjadi pekat, penurunan pH dan kehilangan komponen organik–anorganik). Ada beberapa penyebab xerostomia seperti bernapas melalui mulut (False dry mouth), dehidrasi, kandidiasis oral, febris, infiltrasi pada kelenjar saliva, hiperkalsemia, radioterapi kepala leher, diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipotiroidisme.
Penyebab paling lazim xerostomia adalah obat. Lebih dari 400 obat yang pada umumnya digunakan dapat menyebabkan xerostomia. Jenis obat yang dapat menyebabkan xerostomia antara lain seperti antihipertensi, antihistamin, antidepresan, antikolinergik, anorexiants, antipsikotik, agen anti-Parkinson, diuretik dan obat penenang.
b.      Tanda dan gejala
Berikut adalah 6 gejala umum dari xerostomia :
1.      Perasaan lengket dan kering di mulut dan lidah
2.      Bibir pecah-pecah
3.      Kesulitan dalam mengunyah, menelan, merasakan, atau berbicara
4.      Mulut luka
5.      Bau napas tak sedap
6.      Gigi palsu yang jadi terasa tidak nyaman
c.       Pengobatan dan Pencegahan
Tindakan berikut dapat mencegah kondisi mulut kering atau xerostomia:
1.      Tidur dengan mulut terbuka menyebabkan mulut kering di pagi hari. Sebisa mungkin bernapaslah dengan hidung ketika tidur.
2.      Menggunakan produk pencegah mulut kering. Untuk lebih aman, konsultasikan dengan dokter mengenai produk yang paling tepat.
3.      Menjaga kebersihan mulut. Sikat gigi dan berkumur secara teratur. Gunakan pula benang gigi (dental floss).
4.      Minum air sedikitnya 8 gelas per hari.
5.      Hindari konsumsi kafein dan alkohol
Beberapa terapi yang dapat digunakan pada pasien xerostomia misalnya saliva buatan, beberapa formulasi seperti obat kumur, permen karet dan dentifrices yang juga dapat memicu sekresi saliva. Agen kolinergik yang menstimulasi reseptor asetilkolin kelenjar saliva mayor, yaitu obat-obat parasimpatomimetik misalnya pilocarpin hidrochloride walaupun pasien mengeluh kurang nyaman dengan pemakain obat ini.
3.      Kanker esofagus
Kanker esophagus adalah kanker yang mengacu pada setiap bagian di sel jaringan kerongkongan, displasia terjadi dengan pembentukan penyakit yang ganas, merupakan salah satu tumor ganas umum dari sistem pencernaan, kemudian rentan terhadap penyalahgunaan sistemik dan proliferasi.


a.       Penyebab
Penyebab kanker esophagus adalah pola hidup, kesehatan tubuh, faktor genetik, faktor lain yang menjadi kompleks, dalam jangka waktu yang panjang atau pola makan dapat memicu penyakit kanker esophagus. Makanan yang mengandung banyak nitrosamine, seperti makanan berjamur atau acar, terus menerus mengkonsumsi yang panas, seperti minum minuman yang panas, atau makan makanan yang panas, kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman keras, dan lain-lain.
b.      Tanda dan gejala
Gejala awal kanker esophagus tidak terlalu jelas, lebih dari separuh pasien dengan metastasis sistemik pada saat diagnosis, setelah 5 tahun operasi tingkat kelangsungan hidup hanya 25% sampai 40%. Oleh karena itu, memahami gejala kanker esophagus, berdampak pada pendeteksian dan pengobatan dini untuk meningkatkan harapan hidup. Berikut beberapa tanda dan gejala kanker esofagus :
1)      Pada tenggorokan terasa aneh, dan tersedak ketika menelan makanan
2)      Saat menelan tulang dada terasa panas, perih atau sakit seperti tertarik
3)      Kesulitan menelan, sehingga tidak bisa makan, sering disertai muntah, nyeri di perut, penurunan berat badan dan gejala lain
4)      Kesulitan makan yang terus menerus dapat menyebabkan gizi buruk, penurunan berat badan, chacexia, dapat terjadi penyebaran kanker, tekanan, dan komplikasi lainnya.
Gejala seperti ini, belum tentu terkena kanker esofagus, bisa juga karena penyakit kerongkongan lainnya, tapi jika mengalami seperti ini harus segera ke rumah sakit untuk pemeriksaan agar bisa diketahui apakah penyakit ini disebabkan oleh kanker atau karena penyakit lainnya.
c.       Stadium kanker esofagus
1)      Stadium 0kanker esophagus awal, kanker yang terjadi hanya sebatas di bagian keronkongan, tidak ada perubahan menjadi ganas pada jaringan lain, juga tidak menyebar ke kelenjar getah bening.
2)      Stadium 1kanker telang menyerang ke bagian lain di bawah lapisan epidermis, sel kanker muncul di lamina propria atau submukosa, tapi tidak menganggu otot. Kanker tidak akan menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lain.
3)      Stadium 2dapat menyebar kelenjar getah bening tapi tidak ke organ lain.
4)      Stadium 3 : kanker esophagus telah menyebar ke trakea yang berdekatan dengan organ lain, tapi tidak mempengaruhi kelenjar getah bening yang terkait, tidak ada metastasis yang jauh.
5)      Stadium 4kanker esophagus telah menyebar oleh darah ke organ lain seperti hati, tulang, otak dan lain-lain.
d.      Pengobatan
Pemilihan metode pengobatan kanker esophagus memiliki dampak yang sangat penting, pengobatan dini untuk kanker esophagus dapat memperpanjang tujuan hidup, pengobatan dapat menjadi pengendali dari penyakit ini, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Pengobatan dapat disesuaikan dengan penyakit itu sendiri atau dengan cara yang dipadukan.
1)      Operasi : menghilangkan jaringan tumor yang berdekatan dengan kelenjar getah bening, lebih efektif untuk pengobatan awal pada saat lesi terlokalisasi. Tahap patologis adalah faktor prognosis yang paling penting bagi kelangsungan hidup pasien kanker esophagus, pasien kanker esophagus stadium 1 seteleah operasi kemungkinan untuk hidup 5 tahun lagi mencapai 80% sampai 90%, untuk pasien kanker esophagus yang telah mengalami penyebaran (stadium 3 dan stadium 4) kemungkinan hidup 5 tahun lagi hanya sampai 15%.
2)      Radioterapi : digunakan sebelum operasi untuk mengecilkan tumornya, atau sesudah operasi untuk memberantas sisa-sisa sel setelah operasi. Jika pasien tidak cocok untuk operasi, radioterapi dapat menjadi alternatif untuk menggantikan operasi.
3)      Kemoterapi : dapat dikombinasikan dengan radioterapi untuk memberantas sel kanker. Untuk mengtrol lesi kanker esophagus jangkauannya lebih kecil, tapi mempunyai efek yang berarti untuk tubuh.

4)      Terapi photodynamic : bahan fotosensitif dan kemajuan teknologi endoskopi dalam beberapa tahun terakhir, dapat meningkatkan kemajuan terapi photodynamic, menjadi umum digunakan dalam pengobatan setelah pengobatan lini pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar