1. Epistaxis
/ Mimisan
a. Pengertian
Mimisan atau yang disebut dengan epistaxis adalah satu
keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung yang
diakibatkan oleh lapisan mukosa yang robek, atau pecahnya pembuluh darah pada
hidung.
Dalam kasus
tertentu, darah dapat
berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang terjadi dapat masuk ke
saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah. Beberapa mimisan sebenarnya
berasal dari pembuluh besar pada bagian belakang hidung. Jika manula yang
mimisan, mereka mungkin menderita tekanan darah tinggi, konsumsi aspirin
harian, atau gangguan darah yang lain.
Sumber
perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.
1)
Epistaksis Anterior (Mimisan Depan)
Jika yang luka adalah pembuluh darah pada rongga
hidung bagian depan, maka disebut ‘mimisan depan’ (epistaksis anterior). Lebih
dari 90% mimisan merupakan mimisan jenis ini. Mimisan depan lebih sering
mengenai anak-anak, karena pada usia ini selapun lendir dan pembuluh darah
hidung belum terlalu kuat. Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya
darah lewat lubang hidung, baik melalui satu maupun kedua lubang hidung. Jarang
sekali perdarahan keluar lewat belakang menuju ke tenggorokan, kecuali jika
korban dalam posisi telentang atau tengadah. Pada pemeriksaan hidung, dapat
dijumpai lokasi sumber pedarahan. Biasanya di sekat hidung, tetapi
kadang-kadang juga di dinding samping rongga hidung.
Biasanya relatif tidak berbahaya. Perdarahan yang
timbul ringan dan dapat berhenti sendiri dalam 3 – 5 menit, walaupun
kadang-kadang perlu tindakan seperti memencet dan mengompres hidung dengan air
dingin.
2)
Epistaksis Posterior (Mimisan
Belakang)
Mimisan belakang (=epistaksis posterior) terjadi
akibat perlukaan pada pembuluh darah rongga hidung bagian belakang. Mimisan
belakang jarang terjadi, tapi relatif lebih berbahaya. Mimisan belakang
kebanyakan mengenai orang dewasa, walaupun tidak menutup kemungkinan juga
mengenai anak-anak.
Perdarahan pada mimisan belakang biasanya lebih hebat
sebab yang mengalami perlukaan adalah pembuluh darah yang cukup besar. Karena
terletak di belakang, darah cenderung jatuh ke tenggorokan kemudian tertelan
masuk ke lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah berisi darah. Pada
beberapa kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui lubang hidung.
Perdarahan pada mimisan belakang lebih sulit diatasi. Oleh karena itu,
penderita harus segera dibawa ke puskesmas atau RS.
b.
Penyebab
Ketika
kecil, perubahan suhu yang drastis biasanya membuat kita sering mimisan dan
dianggap sebagai kondisi yang normal. Namun jika sampai beranjak dewasa tetap
sering mimisan, maka hal tersebut jangan disepelekan dan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan. Seperti yang dilansir dari Third
Age, mimisan pada orang dewasa bisa disebabkan oleh kondisi yang lebih
serius atau bahkan efek samping dari pengobatan.
Mimisan
sendiri terjadi dalam ujung bawah hidung di septum rendah. Septum merupakan
dinding semi kaku yang memisahkan dua saluran hidung yang mengandung pembuluh
darah. Pembuluh darah tersebut berada di dekat permukaan yang membuatnya rentan
terhadap cedera.
Faktor gangguan pembekuan darah, terjadi karena pembuluh darah dan
trombosit tidak dapat menutup luka dengan sempurna, yaitu proses pembekuan
darah tidak berjalan dengan baik sehingga darah mengalir keluar.
Faktor organik, adanya gangguan sejak kecil berupa gangguan pada
pembuluh darah di hidung seperti pembuluh darah di hidung yang tips, rapuh dan
terlalu lebar sehingga saat melakukan aktifitas berlebih, stres dan terjadi
iritasi di hidung mengakibatkan mudah mimisan.
Berikut
beberapa penyebab lain dari epistaksis atau mimisan :
1) Gangguan
kehamilan dan menopause karena dipengaruhi oleh perubahan hormonal.
2)
Infeksi sistemik seperti pada
thypus, influenza dan demam berdarah.
3)
Adanya tumor pada hidung untuk
penderita leukimia, hemofilia, trombositopenia dan anemia aplastik.
4)
Adanya perubahan tekanan atmosfir
secara tiba-tiba seperti saat menyelam dan menaiki pesawat terbang.
5)
Lingkungan udara yang sangat dingin
atau terlalu panas.
6)
Mengalami trauma ringan seperti
sering mengorek hidung, bersin, mengeluarkan ingus terlalu keras atau terjadi
benturan ringan.
7)
Mengalami trauma berat seperti
terpukul, terjatuh, patah tulang hidung atau adanya benda asing yang masuk
dalam hidung, maupun adanya rangsangan iritasi dari gas.
8)
Infeksi lokal seperti sinusitis atau
rinitis
9)
Infeksi spesifik seperti rinitis
jamur, tuberkulosis, lepra, sifilis atau lupus.
c. Patofisiologi
Semua pendarahan hidung
disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang mengandung banyak pembuluh darah
kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka pada pembuluh darah yang
mengakibatkan pendarahan.
Selama hamil volume darah meningkat dan pembuluh darah
melebar, kondisi ini menyebabkan membran dalam hidung membengkak dan pembuluh
darahnya mudah pecah, makanya terjadi mimisan. Mimisan dan gusi berdarah bisa
dialami Ibu hamil pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua dan
mungkin berlanjut hingga melahirkan. Hal ini terjadi karena selama hamil volume
darah meningkat dan pembuluh darah melebar, kondisi ini menyebabkan membran
dalam hidung membengkak dan pembuluh darahnya mudah pecah, makanya terjadi
mimisan.
d. Pencegahan
1)
Jangan mengkorek-korek
hidung.
2)
Jangan membuang ingus
keras-keras.
3)
Hindari asap rokok atau
bahan kimia lain.
4)
Gunakan pelembab ruangan
bila cuaca terlalu kering.
5)
Gunakan tetes hidung
NaCl atau air garam steril untuk membasahi hidung.
6)
Oleskan pelembab ke
bagian dalam hidung sebelum tidur, untuk mencegah kering.
7)
Hindari benturan pada
hidung
e. Pengobatan
Jika
mimisan, sebaiknya duduk dengan tegak dan cubit hidung selama 10 menit untuk
menahan aliran darah. Selain itu, mengompres hidung agar mimisan segera mereda.
Setelah mimisan berhenti, jangan menarik atau membuang napas terlalu kencang
atau hidung akan berdarah lagi.
1)
Melakukan
penekanan pada batang hidung selama beberapa menit sambil duduk atau menunduk
dan sambil bernafas melalui mulut secara perlahan.
2)
Hindari
posisi mendongak atau berbaring karena darah bisa masuk ke tenggorokan,
tertelan dan malah menyebabkan mual.
3)
Meletakkan
kompres dingin pada batang hidung untuk memperkecil pembuluh darah dan
menghentikan keluarnya darah.
4)
Gunakan daun sirih yang sudah
dibersihkan kemudian digulung dan masukkan ke dalam lubang hidung untuk
menyumbat mimisan.
5)
Siapkan air bersih yang dicampur
dengan garam dapur lalu celupkan kapas kedalam campuran air garam tadi dan
tempelkan ke bagian hidung.
f. Komplikasi
1)
Terjadinya syok dan mengalami
anemia, disebabkan keluarnya pendarahan yang cukup banyak karena terlambatnya
penanganan mimisan.
2)
Jika terjadi anemia dikarenakan mimisan
maka berakibat kerja jantung semakin berat sehingga memicu terjadinya
pembengkakan di jantung.
3)
Tekanan darah yang menurun karena
pendarahan yang cukup banyak.
2.
Polip Nasal
a.
Pengertian
Polip hidung adalah massa patologis yang
lunak, licin dan berwarna putih keabu-abuan, mengkilat, lunak karena banyak
mengandung cairan (polip edematosa) yang ditemukan pada selaput lendir rongga
hidung dan sinus paranasal. Umumnya terjadi akibat reaksi radang yang
berkepanjangan tanpa disertai rasa nyeri. Polip adalah tumor jinak yang harus
diwaspadai karena bisa berkembang menjadi ganas (kanker).
Polip yang nampak seperti daging tumbuh
seperti tumor non kanker pada rongga hidung ini jika sudah lama dapat berubah
menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal
(polip fibrosa). Polip nasi bukan merupakan penyakit tersendiri tetapi
merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering
dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma. Polip
dibedakan atas polip bertangkai dan tidak bertangkai.
Polip
|
Konka polipoid
|
Bertangkai
|
Tidak bertangkai
|
Mudah digerakkan
|
Sukar digerakkan
|
Tidak nyeri tekan
|
Nyeri bila ditekan dengan pinset
|
Tidak mudah berdarah
|
Mudah berdarah
|
Pada pemakaian vasokonstriktor tidak mengecil
|
Dapat mengecil dengan vasokonstriktor
|
b. Penyebab
Polip hidung dengan gambaran klinis
seperti daging yang tumbuh pada rongga hidung yang merupakan pertumbuhan dari
selaput lendir yang bersifat jinak. Hingga kini, penyebab pastinya belum
diketahui.
Walaupun penyebabnya tidak di ketahui,
namun diperkirakan bahwa polip hidung terjadi sebagai akibat dari inflamasi
atau peradangan kronik berulang sehingga menimbulkan pembengkakan pada
lapisan selaput lendir rongga hidung dan sinus. Pembengkakan lapisan
permukaan mukosa hidung atau sinus akibat inflamasi ini akan menyebabkan
terbentuknya cairan dalam sel-sel selaput lendir rongga hidung dan sinus.
Seiring dengan waktu, akan menyebabkan pembengkakan lapisan permukaan mukosa
hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh
gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang
(neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.
Kondisi sering dikaitkan dengan faktor
resiko terbentuknya polip hidung antara lain:
1)
Asma
Asma
merupakan penyakit yang menyebabkan peradangan saluran napas secara
keseluruhan dan penyempitan. Asma yang dimulai pada saat usia dewasa , dimana
sekitar 20-40% orang dengan polip hidung juga memiliki asma.
2)
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi adalah pilek yang
disebabkan oleh reaksi alergi dimana merupakan penyakit inflamasi yang
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya telah
tersensitasi dengan alergen yang sama.
Tanda dan gejala rinitis alergi sangat
beragam mulai dari hidung, mata bahkan sampai ke telinga dan tenggorokan.
Gejala dan tanda pada hidung seperti hidung mengeluarkan air/ingus (rinore),
hidung tersumbat, bersin-bersin, gatal pada hidung, berkurangnya indera
penciuman. Gejala dan tanda pada mata seperti gatal pada mata, mata kemerahan,
bengkak dan berwarna biru kegelapan pada kulit di bawah mata yang disebut
dengan istilah allergic shiners.
Gejala dan tanda pada telinga dan tenggorokan seperti nyeri tenggorokan, suara
serak, gatal pada tenggorokan atau telinga dan bengkak pada telinga.
3)
Cystic fibrosis
Cystic fibrosis merupakan suatu kelainan
genetik yang diturunkan secara autosomal resesif yang menyebabkan produksi
dan sekresi dari mukus dan lendir yang abnormal, lengket, cair dan tebal dari
membran mukosa hidung dan sinus.
Produksi
mukus yang abnormal ini akan menyebabkan mudahnya terjadinya infeksi oleh
bakteri sehingga dapat menimbulkan peradangan atau inflamasi. Penyakit ini
bersifat resesif, sehingga apabila kedua orang tua merupakan carier (pembawa)
gen penyakit ini, maka satu dari empat anak mereka kemungkinan dapat menderita
cystic fibrosis. Sekitar 25% orang dengan cystic fibrosis kemungkinan menderita
polip hidung.
4)
Rhinosinusitis Kronis
Rhinosinusitis Kronis
merupakan suatu proses peradangan yang melibatkan satu atau lebih sinus
paranasal yang biasanya terjadi setelah reaksi alergi atau infeksi virus
pernapasan atas. Dalam beberapa kasus, rhinosinusitis dapat terjadi karena
adanya peningkatan produksi bakteri pada permukaan rongga sinus.
Gejala
penyakit ini dapat berupa rasa sakit pada wajah terutama apabila di tekan,
demam, sakit kepala, mulut berbau, batuk, sakit tenggorokan dan dapat
komplikasi ke telinga sehingga dirasakan nyeri dan penuh pada telinga.
c. Patofisiologi
Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi
saraf otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Bemstein, terjadi
perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi,
terutama di daerah sempit di kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa
yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan kelanjar baru. Juga terjadi
peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi
air sehingga terbentuk polip. Teori lain mengatakan karena ketidak seimbangan
saraf vasomotor terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi
vascular yang mengakibatkan dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan
menyebabkan edema dan lama-lama menjadi polip. Bila proses terus berlanjut,
mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke
rongga hidung dengan membentuk tangkai.
d. Tanda
dan Gejala
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip
hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan
makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat
menyebabkan gejala hiposmia yaitu berkurangnya kemampuan untuk mencium bau atau
anosmia yaitu tidak mampu sama sekali mencium bau.
Polip hidung juga bisa menyebabkan
penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung (menyumbat sinus
paranasal). Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus.
Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan
akhirnya terjadi sinusitis dengan keluhan rinore, sakit kepala dan nyeri
pada muka biasanya pada daerah periorbita dan sinus maksila.
Sering juga ada keluhan pilek lama yang
tidak sembuh-sembuh, perubahan pengecapan, sengau, sakit kepala dan
dijumpai lendir yang menetes dari bagian belakang hidung ke tenggorokan, yang
dikenal sebagai post-nasal drip. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala
yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung.
Manifestasi polip nasi tergantung pada
ukuran polip. Polip yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala dan mungkin
teridentifikasi sewaktu pemeriksaan rutin. Pasien polip dengan sumbatan
total rongga hidung atau polip tunggal yang besar memperlihatkan
gejala sleep apnea obstruktif dan pernafasan lewat mulut yang kronik.
Pasien dengan polip soliter (hanya satu
massa) seringkali hanya memperlihatkan gejala obstruktif hidung yang
dapat berubah dengan perubahan posisi. Walaupun satu atau lebih polip yang
muncul, pasien mungkin memperlihatkan gejala akut, rekuren, atau rinosinusitis
bila polip menyumbat
e. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau
dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis
kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea, kondisi serius nafas dimana akan stop
dan start bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan
mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda/berbayang.
f. Manifestasi
Klinik
a. Pemeriksaan fisik :
Pada inspeksi hidung luar dapat
ditemukan adanya hidung yang tampak mekar oleh karena pelebaran batang hidung
yang disebabkan oleh adanya polip hidung yang masif.
b. Pemeriksaan Rinoskopi anterior .
Rinoskopi anterior mudah melihat
polip yang sudah masuk ke dalam rongga hidung. Dengan pemeriksaan
rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif
seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar.
c.
Pemeriksaan Endoskopi.
Endoskopi
dilakukan untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari
kompleks osteomeatal. Memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip
berukuran kecil di meatus media.
d.
Rigid or flexible endoscopy
Merupakan metoda terbaik untuk
pemeriksaan rongga hidung dan nasofaring untuk secara penuh dapat menilai
anatomi hidung dan menentukan tingkat dan lokasi polip hidung. Untuk anak kecil
flexible nasopharyngoscope fiberoptic sering digunakan karena lebih sedikit
traumatis karena anak-anak mungkin menggerakkan kepala mereka karena merasa
cemas atau tidak nyaman.
3. Sinusitis
a. Pengertian
Sinusitis berasal
dari akar bahasa Latinnya, akhiran
umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu
sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar
rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di
pipi) , sinus etmoidalis ( kedua mata) , sinus frontalis
(terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis ( terletak di belakang dahi).
Sinusitis adalah
peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. Biasanya
sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, kuman
(bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembang dan menyebabkan infeksi.
Secara
klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, termasuk:
1.
Sinusitis akut: Sebuah kondisi
mendadak seperti gejala seperti pilek, hidung tersumbat dan nyeri wajah yang
tidak hilang setelah 10 sampai 14 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung 4
minggu atau kurang.
2.
Sinusitis subakut: Sebuah peradangan
yang berlangsung 4 sampai 8 minggu. 3. Sinusitis kronis: Suatu kondisi yang
ditandai dengan gejala radang sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih. 4.
Sinusitis berulang: Beberapa serangan dalam setahun.
b.
Etiologi
Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis :
1.
Rhinogenik (penyebab kelainan atau
masalah di hidung), segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat
menyebabkan sinusitis. Termasuk flu biasa, rhinitis alergi (pembengkakan pada
lapisan hidung), polip hidung (pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau
septum menyimpang (pergeseran di rongga hidung).
2.
Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya
kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham
atas (pre molar dan molar).
c.
Pemeriksaan
Sinusitis
Sebagian besar sinusitis sudah dapat
didiagnosa hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan
fisik yang dilakukan dokter.
Pemeriksaan Fisik : Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga
hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi.
Rhinoskopi adalah sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung,
diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan
cairan sinus dengan menggunakan jarum suntik untuk dilakukan pemeriksaan kuman.
Pemeriksaan kuman berguna untuk menentukan jenis infeksi yang terjadi.
Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI :
Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI akan
diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal.
d.
Pengobatan
1)
Sinusitis karena virus
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus
tidak diperlukan pemberian antibiotika. Obat yang
biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan
dekongestan.
2)
Sinusitis karena bakteri
Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh bakteri
apabila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang
timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan
menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri yang
paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang benar
benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu lama.
Lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi
sinus adalah ''Streptococcus pneumoniae'', ''Haemophilus influenzae'', ''Moraxella catarrhalis'', ''Staphylococcus aureus'', dan ''Streptococcus pyogenes''.
Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima
jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara lain :
Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka
perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian
antibiotika dianjurkan minimal 10 sampai 14 hari.
Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu
untuk melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang kronis, dapat
dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
e.
Gejala
Sinusitis
Pada penderita sinusitis, biasanya bisa di temukan
gejala-gejala seperti di bawah ini :
1)
Napas berbau
2)
Sakit kepala
4)
Postnasal Drip
5)
Batuk, biasanya akan memburuk saat
malam
7)
Berkurangnya daya pengecap
8)
Hidung terus meler dengan warna
hijau pekat
9)
Demam
10)
Berkurangnya daya penciuman
f.
Komplikasi
Komplikasi sinusitis lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada pada orang dewasa. Jika anak anda
mengalami sinusitis dan telah pembengkakan di sekitar tulang pipi atau
kelopak mata, ini mungkin merupakan infeksi bakteri pada jaringan kulit dan
lembut atau infeksi pada jaringan sekitarnya mata.
Jika Anda melihat gejala ini, bawa
anak Anda untuk periksa ke dokter, yang mungkin mereka akan merujuk ke
spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT).
Infeksi
tulang
Bila
kondisinya parah, antibiotik sering dapat mengendalikan penyebaran infeksi ke
tulang di dekatnya. Namun, dalam kasus yang sangat jarang (sekitar satu dari
10.000), infeksi dapat menyebar ke daerah sekitar mata, tulang, darah atau
otak.
g.
Prognosis
1)
Viral sinusitis
Biasanya
sembuh tanpa pengobatan khusus
2)
Bakteri sinusitis
b)
Bakteri sinusitis kronis :
Kekambuhan adalah umum. Kesembuhan klinis sangat sulit, meskipun kursus
berulang agen antibakteri dan operasi sinus.
3)
Jamur sinusitis
Akut sinusitis jamur (misalnya, ''mucormycosis''). Pasien
biasanya datang dengan penyakit lanjut. Prognosis buruk, terutama dalam
kasus-kasus otak, sinus kavernosus, atau
keterlibatan karotis. Angka kematian keseluruhan dari ''mucormycosis rhinocerebral'' adalah
25-50%. Sinusitis jamur kronis sering berulang
4. Rhinitis
a. Pengertian
Rhinitis
adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. Alergi
hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang 20% dari
populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa Barat.
b. Etiologi
1) Belum Jelas.
2) Beberapa hal
yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :
a)
Reaksi makanan
b)
Emosional
c)
Pekerjaan
d)
Hormon
e)
Kelainan anatomi
f)
Penyakit imunodefisiensi
g)
Interaksi dengan hewan
h)
Temperatur
c.
Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora
jamur, dan antigen hewan diendapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut
dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang
kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (IgE
). Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil,
eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi
awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan
mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat
turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan non
spesifik suatu pengaruh persiapan.
d.
Manfestasi
Klinis
1)
Bersin berulang-ulang, terutama
setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2)
Hidung tersumbat.
3)
Hidung meler. Cairan yang keluar
dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi
dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang
menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4)
Hidung gatal dan juga sering
disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5)
Badan menjadi lemah dan tak
bersemangat
e.
Pemeriksaan
Diagnostik
1)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis
oesinofil pada spesimen sekret hidung.
2)
Pemeriksaan in vivo
Dilakukan dengan uji kulit (skin test) yaitu, prick
test maupun patch test.
f.
Komplikasi
1)
Polip hidung
Rinitis alergi dapat menyebabkan
atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
2)
Otitis media
Rinitis alergi dapat menyebabkan
otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien
anak-anak.
3)
Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik
bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada
hidung sehingga menghambat drainase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar