Senin, 30 Maret 2015

Patofosiologi Hidung


1.      Epistaxis / Mimisan
a.       Pengertian
Mimisan atau yang disebut dengan epistaxis adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung yang diakibatkan oleh lapisan mukosa yang robek, atau pecahnya pembuluh darah pada hidung.
Dalam kasus tertentu, darah dapat berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang terjadi dapat masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah. Beberapa mimisan sebenarnya berasal dari pembuluh besar pada bagian belakang hidung. Jika manula yang mimisan, mereka mungkin menderita tekanan darah tinggi, konsumsi aspirin harian, atau gangguan darah yang lain.

Sumber perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.
1)        Epistaksis Anterior (Mimisan Depan)
Jika yang luka adalah pembuluh darah pada rongga hidung bagian depan, maka disebut ‘mimisan depan’ (epistaksis anterior). Lebih dari 90% mimisan merupakan mimisan jenis ini. Mimisan depan lebih sering mengenai anak-anak, karena pada usia ini selapun lendir dan pembuluh darah hidung belum terlalu kuat. Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya darah lewat lubang hidung, baik melalui satu maupun kedua lubang hidung. Jarang sekali perdarahan keluar lewat belakang menuju ke tenggorokan, kecuali jika korban dalam posisi telentang atau tengadah. Pada pemeriksaan hidung, dapat dijumpai lokasi sumber pedarahan. Biasanya di sekat hidung, tetapi kadang-kadang juga di dinding samping rongga hidung.
Biasanya relatif tidak berbahaya. Perdarahan yang timbul ringan dan dapat berhenti sendiri dalam 3 – 5 menit, walaupun kadang-kadang perlu tindakan seperti memencet dan mengompres hidung dengan air dingin.
2)      Epistaksis Posterior (Mimisan Belakang)
Mimisan belakang (=epistaksis posterior) terjadi akibat perlukaan pada pembuluh darah rongga hidung bagian belakang. Mimisan belakang jarang terjadi, tapi relatif lebih berbahaya. Mimisan belakang kebanyakan mengenai orang dewasa, walaupun tidak menutup kemungkinan juga mengenai anak-anak.
Perdarahan pada mimisan belakang biasanya lebih hebat sebab yang mengalami perlukaan adalah pembuluh darah yang cukup besar. Karena terletak di belakang, darah cenderung jatuh ke tenggorokan kemudian tertelan masuk ke lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah berisi darah. Pada beberapa kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui lubang hidung. Perdarahan pada mimisan belakang lebih sulit diatasi. Oleh karena itu, penderita harus segera dibawa ke puskesmas atau RS.
b.      Penyebab
Ketika kecil, perubahan suhu yang drastis biasanya membuat kita sering mimisan dan dianggap sebagai kondisi yang normal. Namun jika sampai beranjak dewasa tetap sering mimisan, maka hal tersebut jangan disepelekan dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Seperti yang dilansir dari Third Age, mimisan pada orang dewasa bisa disebabkan oleh kondisi yang lebih serius atau bahkan efek samping dari pengobatan.
Mimisan sendiri terjadi dalam ujung bawah hidung di septum rendah. Septum merupakan dinding semi kaku yang memisahkan dua saluran hidung yang mengandung pembuluh darah. Pembuluh darah tersebut berada di dekat permukaan yang membuatnya rentan terhadap cedera.
Faktor gangguan pembekuan darah, terjadi karena pembuluh darah dan trombosit tidak dapat menutup luka dengan sempurna, yaitu proses pembekuan darah tidak berjalan dengan baik sehingga darah mengalir keluar.
Faktor organik, adanya gangguan sejak kecil berupa gangguan pada pembuluh darah di hidung seperti pembuluh darah di hidung yang tips, rapuh dan terlalu lebar sehingga saat melakukan aktifitas berlebih, stres dan terjadi iritasi di hidung mengakibatkan mudah mimisan.
Berikut beberapa penyebab lain dari epistaksis atau mimisan :
1)       Gangguan kehamilan dan menopause karena dipengaruhi oleh perubahan hormonal.
2)       Infeksi sistemik seperti pada thypus, influenza dan demam berdarah.
3)       Adanya tumor pada hidung untuk penderita leukimia, hemofilia, trombositopenia dan anemia aplastik.
4)       Adanya perubahan tekanan atmosfir secara tiba-tiba seperti saat menyelam dan menaiki pesawat terbang.
5)       Lingkungan udara yang sangat dingin atau terlalu panas.
6)       Mengalami trauma ringan seperti sering mengorek hidung, bersin, mengeluarkan ingus terlalu keras atau terjadi benturan ringan.
7)       Mengalami trauma berat seperti terpukul, terjatuh, patah tulang hidung atau adanya benda asing yang masuk dalam hidung, maupun adanya rangsangan iritasi dari gas.
8)       Infeksi lokal seperti sinusitis atau rinitis
9)       Infeksi spesifik seperti rinitis jamur, tuberkulosis, lepra, sifilis atau lupus.
c.       Patofisiologi
Semua pendarahan hidung disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang mengandung banyak pembuluh darah kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka pada pembuluh darah yang mengakibatkan pendarahan.
Selama hamil volume darah meningkat dan pembuluh darah melebar, kondisi ini menyebabkan membran dalam hidung membengkak dan pembuluh darahnya mudah pecah, makanya terjadi mimisan. Mimisan dan gusi berdarah bisa dialami Ibu hamil pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua dan mungkin berlanjut hingga melahirkan. Hal ini terjadi karena selama hamil volume darah meningkat dan pembuluh darah melebar, kondisi ini menyebabkan membran dalam hidung membengkak dan pembuluh darahnya mudah pecah, makanya terjadi mimisan.
d.      Pencegahan
1)      Jangan mengkorek-korek hidung.
2)      Jangan membuang ingus keras-keras.
3)      Hindari asap rokok atau bahan kimia lain.
4)      Gunakan pelembab ruangan bila cuaca terlalu kering.
5)      Gunakan tetes hidung NaCl atau air garam steril untuk membasahi hidung.
6)      Oleskan pelembab ke bagian dalam hidung sebelum tidur, untuk mencegah kering.
7)      Hindari benturan pada hidung
e.       Pengobatan
Jika mimisan, sebaiknya duduk dengan tegak dan cubit hidung selama 10 menit untuk menahan aliran darah. Selain itu, mengompres hidung agar mimisan segera mereda. Setelah mimisan berhenti, jangan menarik atau membuang napas terlalu kencang atau hidung akan berdarah lagi.
1)      Melakukan penekanan pada batang hidung selama beberapa menit sambil duduk atau menunduk dan sambil bernafas melalui mulut secara perlahan.
2)      Hindari posisi mendongak atau berbaring karena darah bisa masuk ke tenggorokan, tertelan dan malah menyebabkan mual.
3)      Meletakkan kompres dingin pada batang hidung untuk memperkecil pembuluh darah dan menghentikan keluarnya darah.
4)      Gunakan daun sirih yang sudah dibersihkan kemudian digulung  dan masukkan ke dalam lubang hidung untuk menyumbat mimisan.
5)      Siapkan air bersih yang dicampur dengan garam dapur lalu celupkan kapas kedalam campuran air garam tadi dan tempelkan ke bagian hidung.
f.       Komplikasi
1)      Terjadinya syok dan mengalami anemia, disebabkan keluarnya pendarahan yang cukup banyak karena terlambatnya penanganan mimisan.
2)      Jika terjadi anemia dikarenakan mimisan maka berakibat kerja jantung semakin berat sehingga memicu terjadinya pembengkakan di jantung.
3)      Tekanan darah yang menurun karena pendarahan yang cukup banyak.
2.      Polip Nasal
a.       Pengertian
Polip hidung adalah massa patologis yang lunak, licin dan berwarna putih keabu-abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa) yang ditemukan pada selaput lendir rongga hidung dan sinus paranasal. Umumnya terjadi akibat reaksi radang yang berkepanjangan tanpa disertai rasa nyeri. Polip adalah tumor jinak yang harus diwaspadai karena bisa berkembang menjadi ganas (kanker).
Polip yang nampak seperti daging tumbuh seperti tumor non kanker pada rongga hidung ini jika sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Polip nasi bukan merupakan penyakit tersendiri tetapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma. Polip dibedakan atas polip bertangkai dan tidak bertangkai.
              Polip
      Konka polipoid
Bertangkai
Tidak bertangkai
Mudah digerakkan
Sukar digerakkan
Tidak nyeri tekan
Nyeri bila ditekan dengan pinset
Tidak mudah berdarah
Mudah berdarah
Pada pemakaian vasokonstriktor tidak mengecil
Dapat mengecil dengan vasokonstriktor

b.      Penyebab
Polip hidung dengan gambaran klinis seperti daging yang tumbuh pada rongga hidung yang merupakan pertumbuhan dari selaput lendir yang bersifat jinak. Hingga kini, penyebab pastinya belum diketahui.
Walaupun penyebabnya tidak di ketahui, namun diperkirakan bahwa polip hidung terjadi sebagai akibat dari inflamasi atau peradangan kronik berulang  sehingga menimbulkan pembengkakan pada lapisan  selaput lendir rongga hidung dan sinus. Pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus akibat inflamasi ini akan menyebabkan terbentuknya cairan dalam sel-sel selaput lendir rongga hidung dan sinus. Seiring dengan waktu, akan menyebabkan pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.
Kondisi sering dikaitkan dengan faktor resiko terbentuknya polip hidung antara lain:
1)        Asma 
       Asma merupakan penyakit yang menyebabkan peradangan saluran napas secara keseluruhan dan penyempitan. Asma yang dimulai pada saat usia dewasa , dimana sekitar 20-40% orang dengan polip hidung juga memiliki asma.
2)        Rhinitis alergi
Rhinitis alergi adalah pilek yang disebabkan oleh reaksi alergi dimana merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya telah tersensitasi dengan alergen yang sama.
Tanda dan gejala rinitis alergi sangat beragam mulai dari hidung, mata bahkan sampai ke telinga dan tenggorokan. Gejala dan tanda pada hidung seperti hidung mengeluarkan air/ingus (rinore), hidung tersumbat, bersin-bersin, gatal pada hidung, berkurangnya indera penciuman. Gejala dan tanda pada mata seperti gatal pada mata, mata kemerahan, bengkak dan berwarna biru kegelapan pada kulit di bawah mata yang disebut dengan istilah allergic shiners. Gejala dan tanda pada telinga dan tenggorokan seperti nyeri tenggorokan, suara serak, gatal pada tenggorokan atau telinga dan bengkak pada telinga.
3)        Cystic fibrosis 
Cystic fibrosis merupakan suatu kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal resesif yang menyebabkan produksi dan sekresi dari mukus dan lendir yang abnormal, lengket, cair dan tebal dari membran mukosa hidung dan sinus.
       Produksi mukus yang abnormal ini akan menyebabkan mudahnya terjadinya infeksi oleh bakteri sehingga dapat menimbulkan peradangan atau inflamasi. Penyakit ini bersifat resesif, sehingga apabila kedua orang tua merupakan carier (pembawa) gen penyakit ini, maka satu dari empat anak mereka kemungkinan dapat menderita cystic fibrosis. Sekitar 25% orang dengan cystic fibrosis kemungkinan menderita polip hidung.
4)        Rhinosinusitis Kronis 
Rhinosinusitis Kronis merupakan suatu proses peradangan yang melibatkan satu atau lebih sinus paranasal yang biasanya terjadi setelah reaksi alergi atau infeksi virus pernapasan atas. Dalam beberapa kasus, rhinosinusitis dapat terjadi karena adanya peningkatan produksi bakteri pada permukaan rongga sinus.
       Gejala penyakit ini dapat berupa rasa sakit pada wajah terutama apabila di tekan, demam, sakit kepala, mulut berbau, batuk, sakit tenggorokan dan dapat komplikasi ke telinga sehingga dirasakan nyeri dan penuh pada telinga.
c.       Patofisiologi
Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Bemstein, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit di kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan kelanjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Teori lain mengatakan karena ketidak seimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan edema dan lama-lama menjadi polip. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.
d.      Tanda dan Gejala
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia yaitu berkurangnya kemampuan untuk mencium bau atau anosmia yaitu tidak mampu sama sekali mencium bau.
Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke hidung (menyumbat sinus paranasal). Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis dengan keluhan rinore, sakit kepala dan nyeri pada muka biasanya pada daerah periorbita dan sinus maksila.
Sering juga ada keluhan pilek lama yang tidak sembuh-sembuh, perubahan pengecapan, sengau, sakit kepala dan dijumpai lendir yang menetes dari bagian belakang hidung ke tenggorokan, yang dikenal sebagai post-nasal drip. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung.
Manifestasi polip nasi tergantung pada ukuran polip. Polip yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala dan mungkin teridentifikasi sewaktu pemeriksaan rutin. Pasien polip dengan sumbatan total rongga hidung atau polip tunggal yang besar memperlihatkan gejala sleep apnea obstruktif dan pernafasan lewat mulut yang kronik.
Pasien dengan polip soliter (hanya satu massa) seringkali hanya memperlihatkan gejala obstruktif  hidung yang dapat berubah dengan perubahan posisi. Walaupun satu atau lebih polip yang muncul, pasien mungkin memperlihatkan gejala akut, rekuren, atau rinosinusitis bila polip menyumbat
e.       Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea, kondisi serius nafas dimana akan stop dan start bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda/berbayang.
f.       Manifestasi Klinik
a.       Pemeriksaan fisik :
Pada inspeksi hidung luar dapat ditemukan adanya hidung yang tampak mekar oleh karena pelebaran batang hidung yang disebabkan oleh adanya polip hidung yang masif.
b.      Pemeriksaan Rinoskopi anterior .
Rinoskopi anterior mudah melihat polip yang sudah masuk ke dalam rongga hidung. Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar.
c.       Pemeriksaan Endoskopi.
Endoskopi dilakukan untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks osteomeatal. Memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip berukuran kecil di meatus media.
d.      Rigid or flexible endoscopy
Merupakan metoda terbaik untuk pemeriksaan rongga hidung dan nasofaring untuk secara penuh dapat menilai anatomi hidung dan menentukan tingkat dan lokasi polip hidung. Untuk anak kecil flexible nasopharyngoscope fiberoptic sering digunakan karena lebih sedikit traumatis karena anak-anak mungkin menggerakkan kepala mereka karena merasa cemas atau tidak nyaman.
3.      Sinusitis
a.       Pengertian
Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di pipi) , sinus etmoidalis ( kedua mata) , sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis ( terletak di belakang dahi).
Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembang dan menyebabkan infeksi.
Secara klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, termasuk:
1.        Sinusitis akut: Sebuah kondisi mendadak seperti gejala seperti pilek, hidung tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10 sampai 14 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung 4 minggu atau kurang.
2.        Sinusitis subakut: Sebuah peradangan yang berlangsung 4 sampai 8 minggu. 3. Sinusitis kronis: Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih. 4. Sinusitis berulang: Beberapa serangan dalam setahun.
b.      Etiologi
Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis :
1.        Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Termasuk flu biasa, rhinitis alergi (pembengkakan pada lapisan hidung), polip hidung (pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran di rongga hidung).
2.        Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar).
c.       Pemeriksaan Sinusitis
Sebagian besar sinusitis sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter.
Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi. Rhinoskopi adalah sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus dengan menggunakan jarum suntik untuk dilakukan pemeriksaan kuman. Pemeriksaan kuman berguna untuk menentukan jenis infeksi yang terjadi.
Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI : Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI akan diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal.
d.      Pengobatan
1)      Sinusitis karena virus
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus tidak diperlukan pemberian antibiotika. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan.
2)      Sinusitis karena bakteri
Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh bakteri apabila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu lama.
Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara lain :
Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10 sampai 14 hari.
Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang kronis, dapat dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
e.       Gejala Sinusitis
Pada penderita sinusitis, biasanya bisa di temukan gejala-gejala seperti di bawah ini :
1)       Napas berbau
2)       Sakit kepala
3)       Hidung tersumbat
4)       Postnasal Drip
5)       Batuk, biasanya akan memburuk saat malam
6)       Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung & diantara mata
7)       Berkurangnya daya pengecap
8)       Hidung terus meler dengan warna hijau pekat
9)       Demam
10)   Berkurangnya daya penciuman
f.       Komplikasi
Komplikasi sinusitis lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada orang dewasa. Jika anak anda mengalami sinusitis dan telah pembengkakan di sekitar tulang pipi atau kelopak mata, ini mungkin merupakan infeksi bakteri pada jaringan kulit dan lembut atau infeksi pada jaringan sekitarnya mata.
Jika Anda melihat gejala ini, bawa anak Anda untuk periksa ke dokter, yang mungkin mereka akan merujuk ke spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT).
Infeksi tulang
Bila kondisinya parah, antibiotik sering dapat mengendalikan penyebaran infeksi ke tulang di dekatnya. Namun, dalam kasus yang sangat jarang (sekitar satu dari 10.000), infeksi dapat menyebar ke daerah sekitar mata, tulang, darah atau otak.
g.      Prognosis
1)      Viral sinusitis
Biasanya sembuh tanpa pengobatan khusus
2)      Bakteri sinusitis
a)      Akut bakteri sinusitis : Sampai dengan 10% dari pasien tidak menanggapi terapi antimikroba awal.
b)      Bakteri sinusitis kronis : Kekambuhan adalah umum. Kesembuhan klinis sangat sulit, meskipun kursus berulang agen antibakteri dan operasi sinus.
3)      Jamur sinusitis
Akut sinusitis jamur (misalnya, ''mucormycosis''). Pasien biasanya datang dengan penyakit lanjut. Prognosis buruk, terutama dalam kasus-kasus otak, sinus kavernosus, atau keterlibatan karotis. Angka kematian keseluruhan dari ''mucormycosis rhinocerebral'' adalah 25-50%. Sinusitis jamur kronis sering berulang
4.      Rhinitis
a.       Pengertian
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa Barat.
b.      Etiologi
1)   Belum Jelas.
2)   Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :
a)         Reaksi makanan
b)         Emosional
c)         Pekerjaan
d)         Hormon
e)         Kelainan anatomi
f)          Penyakit imunodefisiensi
g)         Interaksi dengan hewan
h)         Temperatur
c.       Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan diendapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (IgE ). Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan non spesifik suatu pengaruh persiapan.
d.      Manfestasi Klinis
1)      Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2)      Hidung tersumbat.
3)      Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4)      Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5)      Badan menjadi lemah dan tak bersemangat
e.       Pemeriksaan Diagnostik
1)      Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada spesimen sekret hidung.
2)      Pemeriksaan in vivo
Dilakukan dengan uji kulit (skin test) yaitu, prick test maupun patch test.
f.       Komplikasi
1)      Polip hidung
Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
2)      Otitis media
Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
3)      Sinusitis kronik

Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar